Flower Boy Next Door

Korean lover pasti familiar dengan judul postingan ini.

Yap. salah satu judul drama Korea yang launch di awal 2013. Tapi baru saya tamatkan siang ini. Di sela hari minggu yang membosankan dan tugas rumah yang numpuk. Well, drama korea memang selalu saya jadikan salah satu pelipur lara.

Unduhan pilem ini sudah menghuni hardisk eksternal saya sejak awal-awal launchingnya tapi memang baru berjodoh ditonton sekarang. Penasaran karena ternyata salah satu main actressnya si Park Shin Hye. Dari sekian banyak aktris Korea, perempuan satu ini masuk dalam daftar favorit saya ๐Ÿ™‚

Oke let me tell you the shortly about this story.

Flower Boy Next Door Jadi pilem ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan muda (Park Shin Hye as Go Dok Mi) yang perfectly introvert hidupnya. Dunianya hanya exist di bla x bla luas apartemennya. Kehidupannya yang sekarang tidak lepas dari trauma masa lalunya. Per-bully-an memang kerap jadi topik sih ya di Kor-Sel sana. Karena trauma dengan kejadian SMA yang melibatkan sahabat baik dan cinta pertamanya, akhirnya dia menjadi takut menghadapi dunia, menghadapi orang lain. Mengurung diri satu-satunya hal yang membuat dia nyaman. Di Apartemen nomor 402.

Tapi drama Korea tidak akan lengkap tanpa complicated love. Hehehe ๐Ÿ˜€

Ternyata salah satu Oppa yang menjadi tetangganya di Apartemen 403, Oh Jin Rak alias Oh Jae Won (Kim Ji Hoon) sudah bertahun-tahun memendam rasa kepada dia. Oppa ini seorang animator webtoon, aslinya sih anak tajir yangย  mencabut diri dari keluarga untuk mengejar mimpi. Dia memperhatikan perempuan aneh ini diam-diam, dan terpesona oleh pancaran keluguannya *tsahh!!. Yang kemudian membuatnya jadi complicated berawal pertemuan pertamanya dengan Enrique Geum (Yoon Shi Yoon) si games creator yang kelakuannya bocah banget. Udah macam kayak anak SD apalagi kalau udah mulai merengek-rengek gak jelas -__-. Tapi yaa, everybody has their secret. Setiap karakter ini punya masa lalu masing-masing yangย fbnd2 membentuk mereka seperti saat ini.ย  Jadi di Enrique sama Go Dok Mi bertemu karena si Go Dok Mi mau memastikan keselamatan Hippo (seekor anjing peliharaan abangnya Enrique). Si Go Dok Mi ini punya gebetan yang ternyata abangnya si Enrique. Mereka tinggal di gedung apartemen seberang apartemen Go Dok Mi. Nah, ternyata jendela apartemen mereka berdua saling berhadapan. Si Go Dok Mi ini punya kebiasaan aneh mengintip jendela depan kamarnya itu. Yaa karena naksir si abangnya Enrique ini sih. Hehehe. Sampai suatu pagi, saat dia menjalankan rutinitas pagi harinya – bangun dari sleeping bag, ke arah jendela, buka jendela, ngambil teleskop kemudian mengeker ke arah jendela seberang– ternyata tiba-tiba muncul manusia di jendela seberang, pake topi panda dan memperhatikan dia, siapa lagi kalo bukan si Enrique -__- . fndb6Dari situ deh akhirnya si Enrique menyadari kehadiran si Go Dok Mi.

Lanjut cerita, semakin menjadi nih kisah cinta tiga anak manusia ini. Seiring berjalannya waktu, si Go Dok Mi melihat kebaikan dua pria ini dengan perasaan berbeda. Tapi kemudian dia sadar, dia mencintai si Enrique. Enrique pun mulai sadar dia mencintai Go Dok Mi. si Oh Jin Rak pun mulai sadar, no place for him between them both, Pfft..!! . Meskipun di setengah awal episodenya membosankan, ternyata cerita ini ditutup dengan cukup manis. Go Dok Mi mulai menjadi manusia normal, membuka diri dengan lingkungan, belajar mencintai dirinya sendiri. Enrique tetap bisa meraih mimpinya dan juga memiliki Go Dok Mi di sisinya. Oh Jin Rak, diakhir kembali bertemu dengan wanita sejenis Go Dok Mi yang dulu. Hehehe. Nasibnya bener-bener. Kemudian karakter-karakter lain pun ditutup dengan manis. Si Dong Hoon, teman serumah Oh Jin Rak suskes kisah cintanya dengan editor webtoon mereka, si mata racoon. Pak Secuirity yang ternyata merangakp sebagai pemilik apartemen juga sukses kisah cintanya dengan si Madame. Bahkan si Cha Do Hwi, mantan sahabat Go Dok Mi kembali menemukan yang sejenis Oh Jin Rak, – anak keluarga tajir, yang merangkap sebagai bartender untuk mengejar mimpi – dan si Watanabe, pindah ke Afrika untuk berguru masakan negara lain.

fndb3fbnd5fndb7

What I got ?

dari pilem ini ada satu statement episode yang saya suka : Love is to see differents maps at time.

Everyone has their dream. Everyone got to run for their dream to be true. Love and dreams, it could be tie at one, or neither. But those two are something worth to fight for. Seperti Enrique yang bermimpi membuat games-nya jadi animasi dan Go Dok Mi yang bermimpi menjadi penulis dongeng. Masing-masing mereka mengejar mimpinya, tanpa saling melupakan bahwa mereka berdua punya mimpi yang sama. To be together as one. ๐Ÿ™‚

Ada lagi sih yang saya suka. Si Go Dok Mi yang bekerja sebagai editor buku. Dia menulis dirinya sendiri, ya.. Dia mengamati hidupnya seolah bukan bagian dari hidupanya, kemudian menulis dirinya sendiri. Mungkin efek segitu tidak cintanya dia dengan dirinya sendiri. Tapi dengan cara seperti itu, mungkin kita akan lebih mudah menulis, mengungkap apa yang betul-betul kita pahami dan kita mengerti. ๐Ÿ™‚

 

 

 

 

 

Lebaran : a point of view of the parents affection.

Entah ini lebaran Idul Adha yang keberapa yang saya lewatkan di kota ini. Well, padahal lebaran identik dengan kumpul-kumpul dengan keluarga besar dan makan-makan besar. Kalau dihitung-hitung, dari tahun 2007, saya tidak pernah menyempatkan diri untuk pulang lebaran Idul Adha bersama Mamak dan Bapak. Entahlah, meskipun sama-sama lebaran, Idul Fitri rasanya lebih afdol buat mudik ketimbang lebaran Idul Adha. Yaa, pada kenyataannya saya memang menangkap makna atau mungkin rasa yang berbeda dari semuanya. Tapi satu rasa yang sama, feel lonely for both event.

As today, baru pulang hari Sabtu kemarin dari Jayapura, masih dalam masa-masa mengistirahatkan badan dan pikiran. Kemarin-kemarin sama sekali tidak berasa hawa-hawa lebarannya. Baru terasa sore ini, malam ini, saat takbir mulai berkumandang. Ohh iya, besok lebaran. Hmm, maksudnya beberapa jam lagi. Dan paling sering selama tahun-tahun saya di sini, saya melewatkan shalat Ied, entah karena halangan, karena ketiduran atau karena kedapatan tugas jagain rumah. Hehehe.

Mungkin karena habit yaa, lebaran itu menjadi lebih bermakna saat kita bisa berkumpul bersama keluarga kita. Mungkin Mamak dan Bapak saya salah satu pasang orang tua paling ikhlas sedunia. Bagaimana tidak?. Punya dua pasang putra putri, tapi tak satu pun tinggal di rumah. Di usia mereka yang mendekati senja, semua anak-anaknya memilih tinggal di tempat yang jauh. Saya dan adik saya yang ketiga, sama-sama tinggal di Bogor, adik kedua saya masih di Jogja dan sepertinya sebentar lagi akan nyusul ke Bogor juga, adik saya yang paling bontot, masuk salah satu boarding school di Makassar. Dulu, saya tidak pernah memikirkan perasaan Mamak dan Bapak saya saat saya harus merantau. Mereka tidak akan sepi, masih ada tiga orang yang harus diurus. Tapi kemudian, setelah semua beranjak dewasa dan pergi meninggalkan rumah, ada perasaaan sedih juga. Sedikit rasa bersalah karena meninggalkan. Khawatir karena mereka tidak ada yang menemani.

Kemudian, saya mulai berpikir… Bagaimana nanti ? Saat semua anak-anaknya berkeluarga dan memang memilih tinggal di tempat yang jauh dari mereka. Yaa, bersyukurlah pada anak-anak yang tidak harus dihadapkan pada pilihan seperti ini. Seorang kawan pernah berkomentar, kalau setiap orang tua itu punya waktu dimana mereka memang harus mengikhlaskan anaknya untuk menjalani kehidupan mereka masing-masing. Kemudian kawan yang lain mulai menuntut jawaban saat bertanya : nanti bagaimana Bapak sama Ibu kalau kamu harus ikut pasangan kamu dan tinggal di sini ?. Bagaimana kalau mereka sakit ?. Saya agak terhenyak sebenarnya dengan dua statement itu. Statement pertama, kok ya rasa-rasanya seperti menelantarkan orang tua, dan rasa-rasanya menjadi pembenaran untuk keputusan yang sudah saya ambil. Statement kedua, lebih seperti justifikasi : kamu durhaka sekali jadi anak!. Yang kemudian membuat saya berpikir, apa iya saya harus ada di dekat orang tua saya supaya saya dan orang tua saya lebih tenang. Dan itu berarti, apa yang saya jalani di sini harus saya lepaskan dan menjalani proses yang lain di sana ?. But, I believe that my parents wants me happy. That’s what they have been doing for all the time.

Saya mengingat cerita-cerita teman saya yang sudah berkeluarga, dengan latar daerah asal yang berbeda. Sebagai perempuan, kebanyakan mereka akan mengikuti di mana pria-prianya memutuskan untuk berlebaran. Kebanyakan pun, memutuskan berlebaran di tempat si pria. Ada role play lebaran shift-shif-an, tahun ini di rumah si pria, tahun depan di rumah perempuan. Mungkin tergantung negosiasi yang dibumbui rayuan,rajukan, atau adu mulut kecil. Atau mungkin seperti Mamak saya, rasanya jarang sekali kami melewatkan Idul Fitri di rumah Opu (orang tua Mamak), walaupun Puang (ibunya Bapak) sudah meninggal. Mudik biasanya pas hari kedua lebaran, karena jaraknya memang tidak jauh, hanya 3 jam perjalanan. Yaa, that’s their story. Saat membayangkan moment seperti itu, yang terlintas adalah adegan komentar Mamak saya : Iya, tahun ini Riska ndak lebaran di rumah. Di rumah suaminya. Pfft.! Yeah, on the time like that, I believe that my Mamz gonna miss me so, so do my Bapak would. Ternyata ohh ternyata, meskipun lebaran itu event dua kali dalam setahun, banyak hal yang bisa bikin kepikiran. Dan salah satu yang sempat saya bayang-bayangkan before decide to get merried someday.

Dan seiring tulisan ini mengalir, saya kemudian punya cara memandang kasih sayang Mamak dan Bapak saya kepada anak-anaknya. Yaa, lewat moment lebaran ini. Saya tahu, mereka pun pasti sama merasa tidak lengkapnya seperti saya. Tapi saya tahu, dalam keterbatasan anak-anaknya untuk ada di dekat mereka, mereka percaya, hal itu mendekatkan anak-anak mereka kepada kebaikan, kebahagiaan. At least, this would give them some hopes..Harapan bahwa anak-anak mereka, akan bahagia dengan jalannya masing-masing.

Tahun ini, Mamak dan Bapak kesampean rejekinya untuk ibadah haji. Semoga saat kembali ke rumah, keduanya bisa menajdi haji mabrur, menjadi manusia yang senantiasa memanusiakan, menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi. Amin ๐Ÿ™‚

I miss you Mamak, Bapak *hug*