One of my bucket list was coming true on the last May.
Saya akhirnya bisa menginjakkan kaki di Taman Nasional Komodo. Rencana liburan yang disusun iseng-iseng dan iseng-iseng terealisasi juga hehehe. Perjalanan ke Komodo ini bagian dari perjalanan panjang setelah seminggu perjalanan dinas di Jayapura. Saya dan teman-teman memutuskan sebelum kembali ke Jakarta (yang first plan-nya dari Komodo balik lagi ke Jayapura) akan main ke Pulau Komodo dulu. Sekalian merayakan ulang tahun sahabat saya, Putri yang kerap saya panggil Ibu.
Perjalanan ke Pulau Komodo kami mulai dari Denpasar, menggunakan maskapai Garuda Indonesia dengan jenis pesawat bombardir tujuan ke Bandar Udara Komodo-Labuan Bajo. Untuk perjalanan dari Denpasar menuju Labuan Bajo, kalau tertarik menikmati Gunung Tambora dari atas, saya sarankan memilih tempat duduk di bagian kiri, walau di sebelah kanan juga pemandangan tidak kalah cantik. Penerbangan ini ditempuh sekitar 1 jam 25 menit. Sesampai di Labuan Bajo, matahari sudah sangat menyengat walaupun itu belum pukul 10.00 WITA. Kami bertemu Putri di bandara Labuan Bajo karena dia berangkat dari Ende. Tidak berapa lama kemudian, orang dari Taman Nasional datang menjemput kami dan mengantarkan kami langsung ke darmaga. Di darmaga ini ada bangunan yang menjadi bagian kantor Taman Nasional mungkin seperti yang ada di Taman Nasional Tanjung Puting (baca disini), tempat transit sebelum menyeberang. Kami membicarakan tempat-tempat apa saja yang ingin kami kunjungi selama dua hari di Pulau Komodo yang jadi list tentu saja Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Kelor, Pantai Pink dan Pulau Bidadari.
Boat untuk menyeberang ke Koodo
Karena kami menginap di mess taman nasional, kami harus mempersapkan logistik yang dibutuhkan sampai kami kembali lagi ke Labuan Bajo. Saya dan Endra pun ditugaskan ke pasar untuk membeli berbagai logistik. Setelah belanja logistik selesai, kami kembali ke darmaga untuk bersiap-siap melakukan perjalanan ke Pulau Komodo. Awalnya saya pikir boat yang akan kami kendarai menuju Pulau Komodo sama dengan boat yang digunakan ke Raja Ampat. Agak was-was juga karena harus membawa koper segambreng dan backpack yang isinya leptop. Tapi ternyata, boat yang kami kendarai kali ini lebih besar dan lebih nyaman. Sehingga tidak khawatir harus mengangkut koper segambreng tadi hehehe.
Akhirnya setelah sekian bulan saya kembali menikmati angin laut dan pemandangan ombak yang berhamparan di sekeliling, juga bukit-bukit savannah yang menjadi ciri khas Pulau Komodo.
Pemberhentian pertama di mulai di Loh Buaya alias Pulau Rinca. Jarak tempuh ke pulau ini sekitar 40 menit dengan boat kapasitas 500pk. Pulau ini adalah pulau yang paling banyak populasi Komodo-nya dibanding pulau-pulau sekitar. Masuk ke dalam Resort Loh Buaya, sekitar 5 menit jalan kaki kami menemukan bangunan fasilitas resort seperti tempat ticketting, kantin, dapur dan aula istirahat. Setiap pemandu di resort ini membawa semacam tongkat kayu bercabang dua. Tongkat tersebut digunakan untuk menghalau komodo di saat yang diperlukan. Dalam perjalanan masuk, kami disambut oleh sepasang patung Komodo yang berdiri tegak. Tidak berapa lama, di sisi jalan kami sudah melihat anak komodo sedang berjalan ke arah semak. Such a pleasent welcoming. Kata Om David (pemandu kami selama di Komodo), perilaku anak komodo kadang lebih berbahaya dari komodo dewasa. Karena daya geraknya sangat lincah. Tapi di sisi lain, anak komodo banyak menghabiskan waktu mudanya di atas pohon karena bisa menjadi sasaran empuk komodo-komodo dewasa. Anak komodo yang baru saja melintas berumur sekitar 2 tahun tetapi ukuran tubuhnya seperti biawak dewasa.
With Om Sam, petugas ticketting Komodo yang super ramaah ๐
First stop at Pulau Rinca. Mengakrabkan diri dengan kawanan komodo yang senang nangkring di bawah dapur. Spot ini jadi spot favorit wisatawan yang berkunjung di Pulau Rinca, karena memang di bawah dapur ini bisa berkumpul sekitar lima atau lebih komodo. Dan kalau lagi kekenyangan, komodo-nya dalam leyeh-leyeh mode : ON. hehehe.
Lagi serius dengerin cerita Om David
Jarak aman yang paling berani versi saya ๐
Pada saat kami berkunjung, ada sekitar 9 komodo yang istirahat di sekitar dapur. Semuanya komodo dewasa. Mereka berada di dapur karena dapur jadi ya tempat sumber makanan seperti sisa-sisa daging dan sebagainya. Kalo lagi kenyang, si komodo ini bisa hibernasi alias leyeh-leyeh mode: ON sampai berhari-hari. Kalo lagi dalam keadaan begini, kita bisa sedikit merasa aman. Tapi jangan sampai lengah juga. Komodo sensitif terhadap gerakan yang tiba-tiba dan bau-bauan darah. Mungkin karena alaminya dia adalah predator. Tapi konon katanya, kalau di kejar komodo, usahakan lari dalam pola zig-zag, ini bertujuan untuk membuat si komodo bingung. Saya sih gak bersedia mengalami juga hehehe.
Soo.. apa yang bisa kita lakukan saat berkunjung ke Pulau Rinca? First of first adalah tracking. Dan memang ini sih kegiatan andalan yang ditawarkan Pulau Rinca. Menikmati kehidupan liar. Dari pos dapur tadi kami berjalan menuju bukit. Ada beberapa rute tracking yang ditawarkan pemandu saat kita mengunjungi Pulau Rinca. Rutenya tergantung jarak ada yang jarak dekat, jarak sedang dan jarak jauh. Sayang sekali saya lupa perbedaan dari ketiga rute tersebut. Rombongan kami memilih rute sedang untuk mengefisienkan waktu dan menghemat tenaga. Rute ini membawa kami mengelilingi setengah Pulau Rinca. View yang paling populer view dari puncak bukit yang dilatar belakangi laut.
Tracking ini cukup membuat kami excited. Konon katanya, dulu bukit ini adalah perairan, jadi tidak heran kalau dalam perjalanan mendaki bukit ini kita bisa menemui fosil kerang-kerangan seperti di bawah ini ๐
Tracking path
Turun dari bukit sebagai penutup tracking kami di Pulau Rinca. Apa saja yang kami temua selama tracking. Its a lot..!. Bahkan Om David said Tuhan memberi kami rejeki untuk bertemu makhluk-makhluk yang belum tentu bisa ditemui orang lain. Pertama masuk kami bertemu anak komodo. Saat tracking tak berapa lama kemudian kami bertemu burung gagak (agak horror sih ketemu burung gagak siang-siang but its their habitat hehe). Tidak berapa lama, di depan kami tiba-tiba ada komodo dewasa berjalan ke arah kami. Tidak jauh dari situ, ada kerbau yang gedee banget lagi berendam di kubangan. Kami juga bertemu burung Gosong, hmmm mungkin karena penampakan fisiknya didominasi hitam jadi disebut burung Gosong. Burung ini juga lebih menyerupai ayam dari pada burung. Saat kami lewat, sepertinya ada sepasang yang sedang membuat sarang. Ceritanya Om David, burung ini burung tipe setia. Jika punya pasangan tidak akan berganti sampai ajal menjemput *duh. Kalau pasangannya mati duluan, baru deh mencari pengganti yang baru hehehe. Kami juga melewati kumpulan sarang komodo, yang bentuknya menyerupai lubang. Mirip-mirip lubang yang dibuat burung Maleo tapi ini ukurannya lebih besar.
Turun dari bukit, kami ngaso sebentar di aula yang disediakan TN dan berbincang-bincang dengan petugas TN yang lain. Btw om David also filming us hihih.
Travel mates
Gak sah! kalo belum poto di plank ๐
Ok the next stop is Pulau Kalong yang menjadi sarang dari buanyaaaaak banget kelelawar. Kami mampir sebentar untuk melihat atraksi kelelawar di Pulau ini. Pulau ini dari penampakannya lebih mirip kumpulan pohon-pohon bakau tempat si kelelawar tadi menggantungkan diri. Driver boat sengaja membisingkan suara mesin boat saat kami mendekat sehingga kelelawar beterbangan.
They’re all bats
Setelah mampir di Pulau Kalong, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Komodo, tempat kami akan bermalam malam ini dan melanjutkan penjelajahan esok hari. ๐ ๐
It looks like bukit Teletubbies
Pulau Komodo.. Yeeay..!!
Pasukan koper dan ransel ๐
Di Pulau Komodo, kami menginap di salah satu guest house di daerah belakang. Guest housenya terdiri dari beberapa kamar. Setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi, 2 tempat tidur (kami cecewek dapat 3 tempat tidur satu kamar karena gak ada yang mau misah ๐ ) dan lemari. Saat kami datang, kondisi sedang kemarau jadi persediaan air agak sedikit. Di luar kamar disediakan meja dan bangku yang agak besar untuk tempat kami makan dan berkumpul. Karena tiba hampir sore, kami memutuskan untuk beristirahat sambil membongkar-bongkar barang yang dibutuhkan dan bersih-bersih. Sore hari (karena pas nyampai udah kegirangan liat pantai) kami bermain-main di darmaga menikmati pemandangan senja ๐
Pengen nyemplung sih, tapi saya pantainya agak gak cocok buat nyemplung hehe. Di pinggir pantai kami masih melihat babi hutan bebas berkeliaran. Di dekat guest house kami pun banyak keluarga rusa yang bebas jalan-jalan. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan keberadaan manusia. Tidak banyak yang kami temui menginap di Pulau Komodo. Kebanyakan turis memang mungkin lebih memilih menikmati fasilitas menginap di kapal yang disediakan banyak biro perjalanan untuk menikmati Pulau Komodo. Kebanyakan mereka akan menginap di Pulau Kelor untuk menikmati sunset kemudian berangkat ke Pulau Komodo untuk tracking atau bird watching di pagi hari.
Penjelajahan kami di mulai di pagi hari. Sekitar pukul 7 kami sarapan dan dijemput Om David untuk mulai tracking kami di Pulau Komodo. Tujuan kami ke Sulpurhea Hills sambil bird watching, syukur-syukur kalo ketemu di Komodo lagi di jalan. Om David pemandu kami menjelaskan dengan baik jenis-jenis burung yang kami temui di jalan, juga tumbuhan-tumbuhannya. Kami sempat bertemu burung Gosong lagi di jalan. Melihat pohon kedondong yang merenggas, dan sempat mencoba buahnya yang asam-asam sepat meskipun sudah matang :D. Di jalan kami pun bertemu satu komodo yang sedang berjemur.
Perjalanan ke Sulpurhea Hills tidak memakan waktu lama. Sesampai di atas bukit, pemandangan yang kami lihat sehamparan hutan dengan banyaak sekali burung kakak tua beterbangan. Satu sisi savannah dan di sisi lain ada hutan yang penuh dengan pepohonan.
Bird Watching in the morning
Sulpurhea Hill and Me ๐
Sulphurea Hill from the other side
Setelah menikmati Sulpurhea Hill kami turun dan kembali ke guesthouse. Ternyata ada tempat nongkrong komodo juga yang bisa dijumpai di dekat bangunan dapur. Kami melihat ada beberapa komodo sedang leyeh-leyeh. Komodo-komodo itu kata om David umurnya udah puluhan tahun. Mungkin karena saking lamanya bertugas di sini, petugas bisa membedakan komodo yang satu dengan yang lain, which in my eyes they’re all the same hahaha.
Pengalaman paling mengesankan, saat kami akan kembali ke guesthouse mengambil barang-barang untuk melanjutkan perjalanan tiba-tiba di depan kami ada komodo dewasa sedang berjalan dengan santainya.
Si Komodo bahkan sempet photo session pake gaya “nguap cantiks” ๐
The almighty dragon, he walked to our guest house
Percayalah! Saat foto ini diambil ada rasa deg-deg serr takut komodonya tiba-tiba berubah arah.
Daan ini menutup penjelajahan kami di Pulau Komodo. Next stop masih ada pantai (not too) Pink dan pulau Bidadari tempat kami akan menikmati pemandangan bawah laut Taman Nasional Komodo ๐
Pantai (not too) Pink
Pas mampir di pantai ini sebenarnya kami bertanya-tanya.. Sebelah mananya yang Pink? Agak tidak seperti yang kami bayangkan dan yang banyak kami lihat di foto-foto yang terekam di sosial media. But, playing at beach its already joy it self sooo kami menikmati-menikmati saja sih. hehehe. Ternyata pasir pantainya akan pink jika terkena air karena di dalam pasirnya memang ada komponen-komponen berwarna merah entah hancuran karang atau alga yang berwarna merah. Di spot ini kami snorkling. Agak berbeda dengan snorkling di Raja Ampat, di sini saya memakai pelampung karena arusnya cukup kuat dan sempet agak deg-degan juga soalnya untuk melihat pemandangan bawah laut yang cakep mesti berenang-renang nun jauh ke tengah huhuhuhu.
Jauuuh kan dari pantai berenangnya ๐
Agaaain ๐ฆ kami tidak membawa alat dokumentasi yang mumpuni untuk potret bawah air. Padahal yang kami lihat saat snorkling cukup menarik untuk di abadikan.
Setelah pantai Pink, kami ke Pulau Bidadari. Pulau Bidadari ini juga salah satu spot snorkling di TN Komodo. Di tepi-tepi pantai aja sudah bisa ditemukan banyak ikan berkeliaran. Apalagi kalau main ke agak tengah yang agak sedikit menyeramkan karena katanya posisi karangnya agak curam soo you should be prepare with your life vest :D.
Tidak banyak foto yang bisa diabadikan saat bermain di pantai karena kami banyakan berenangnya dan berhubung peralatan dokumentasi tidak mendukung untuk dicemplungin ke air hehehe. Setelah selesai di Pulau Bidadari, kami kembali ke Labuan Bajo. Saya akan melanjutkan perjalanan ke Denpasar dan 3 teman lainnya harus melakukan tugas di Labuan Bajo selama beberapa hari sebelum kembali lagi ke Bogor.
Thats my another traveling diary. Sudah jadi draft berbulan-bulan dan harusnya sudah di publish berbulan-bulan yang lalu juga. But welll, menulis butuh mood dan waktu luang hahaha.