A fresh start begin with…

2017.

Kebanyakan orang akan menyusun resolusi, walaupun resolusi tahun-tahun kemarin belum semuanya kesampaian. For me, personally… I don’t have any resolution for this year. Merasa memulai tahun baru pun telat.

Mungkin dengan mulai menulis di blog ini lagi salah satu simbol saya memulai tahun baru saya. Oooh dan yang paling ingin saya bagi dengan tulisan ini sebenarnya, saya merasa memulai tahun baru ini dengan …. “BERBENAH” literally berbenah.

Saya membersihkan kamar, mengatur ulang buku-buku. Memisahkan buku sesuai dengan temanya. Buku yang saya pajang di meja adalah yang saya prioritaskan untuk saya baca dan buku yang telah selesai saya baca saya masukkan ke dalam kontainer. Membersihkan kotak obat dari obat-obatan yang sudah kadaluwarsa. Membuang kosmetik-kosmetik kadaluwarsa. Daaan akhirnya bisa membuang draft-draft proposal dan tesis yang tahun kemarin memenuhi kepala sampai mau pecah. Sampaii membersihkan kamar mandi dan memutuskan punya poni baru.

Saya pernah mengingat mbak Dee memposting sebuah buku di akun instagramnya. Buku tersebut kurang lebih membahas, tentang perilaku berbenah orang-orang. Akhirnya saya meng-googling kembali buku itu dan mendapat review mbak Dee di blog-nya. Buat saya, berbenah mungkin satu bentuk pelepasan stress yang biasa saya lakukan kalau sedang suntuk. Tapi ternyata, berbenah menurut buku tersebut bukan sekedar berbenah. Proses berbenah, jika diresapi mengajarkan banyak hal pada pelakunya.

Hari ini saya mungkin berbenah untuk sekedar mendapat meja yang layak untuk saya sebut workspace saya (biasanya meja ini penuh dengan berbagai tumpukan file dan buku dan toples cemilan), tapi harapannya dari meja yang lebih menyenangkan tahun ini saya bisa lebih banyak membaca dan lebih banyak menulis.

Happy new year, yorobun!

Si Komo a.k.a Si Komodo di Taman Nasional Komodo

One of my bucket list was coming true on the last May.

Saya akhirnya bisa menginjakkan kaki di Taman Nasional Komodo. Rencana liburan yang disusun iseng-iseng dan iseng-iseng terealisasi juga hehehe. Perjalanan ke Komodo ini bagian dari perjalanan panjang setelah seminggu perjalanan dinas di Jayapura. Saya dan teman-teman memutuskan sebelum kembali ke Jakarta (yang first plan-nya dari Komodo balik lagi ke Jayapura) akan main ke Pulau Komodo dulu. Sekalian merayakan ulang tahun sahabat saya, Putri yang kerap saya panggil Ibu.

Perjalanan ke Pulau Komodo kami mulai dari Denpasar, menggunakan maskapai Garuda Indonesia dengan jenis pesawat bombardir tujuan ke Bandar Udara Komodo-Labuan Bajo. Untuk perjalanan dari Denpasar menuju Labuan Bajo, kalau tertarik menikmati Gunung Tambora dari atas, saya sarankan memilih tempat duduk di bagian kiri, walau di sebelah kanan juga pemandangan tidak kalah cantik. Penerbangan ini ditempuh sekitar 1 jam 25 menit. Sesampai di Labuan Bajo, matahari sudah sangat menyengat walaupun itu belum pukul 10.00 WITA. Kami bertemu Putri di bandara Labuan Bajo karena dia berangkat dari Ende. Tidak berapa lama kemudian, orang dari Taman Nasional datang menjemput kami dan mengantarkan kami langsung ke darmaga. Di darmaga ini ada bangunan yang menjadi bagian kantor Taman Nasional mungkin seperti yang ada di Taman Nasional Tanjung Puting (baca disini), tempat transit sebelum menyeberang. Kami membicarakan tempat-tempat apa saja yang ingin kami kunjungi selama dua hari di Pulau Komodo yang jadi list tentu saja Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Kelor, Pantai Pink dan Pulau Bidadari.

20150523_103103

Boat untuk menyeberang ke Koodo

Karena kami menginap di mess taman nasional, kami harus mempersapkan logistik yang dibutuhkan sampai kami kembali lagi ke Labuan Bajo. Saya dan Endra pun ditugaskan ke pasar untuk membeli berbagai logistik. Setelah belanja logistik selesai, kami kembali ke darmaga untuk bersiap-siap melakukan perjalanan ke Pulau Komodo. Awalnya saya pikir boat yang akan kami kendarai menuju Pulau Komodo sama dengan boat yang digunakan ke Raja Ampat. Agak was-was juga karena harus membawa koper segambreng dan backpack yang isinya leptop. Tapi ternyata, boat yang kami kendarai kali ini lebih besar dan lebih nyaman. Sehingga tidak khawatir harus mengangkut koper segambreng tadi hehehe.

Akhirnya setelah sekian bulan saya kembali menikmati angin laut dan pemandangan ombak yang berhamparan di sekeliling, juga bukit-bukit savannah yang menjadi ciri khas Pulau Komodo.

DSCN0622Pemberhentian pertama di mulai di Loh Buaya alias Pulau Rinca. Jarak tempuh ke pulau ini sekitar 40 menit dengan boat kapasitas 500pk. Pulau ini adalah pulau yang paling banyak populasi Komodo-nya dibanding pulau-pulau sekitar. Masuk ke dalam Resort Loh Buaya, sekitar 5 menit jalan kaki kami menemukan bangunan fasilitas resort seperti tempat ticketting, kantin, dapur dan aula istirahat. Setiap pemandu di resort ini membawa semacam tongkat kayu bercabang dua. Tongkat tersebut digunakan untuk menghalau komodo di saat yang diperlukan. Dalam perjalanan masuk, kami disambut oleh sepasang patung Komodo yang berdiri tegak. Tidak berapa lama, di sisi jalan kami sudah melihat anak komodo sedang berjalan ke arah semak. Such a pleasent welcoming. Kata Om David (pemandu kami selama di Komodo), perilaku anak komodo kadang lebih berbahaya dari komodo dewasa. Karena daya geraknya sangat lincah. Tapi di sisi lain, anak komodo banyak menghabiskan waktu mudanya di atas pohon karena bisa menjadi sasaran empuk komodo-komodo dewasa. Anak komodo yang baru saja melintas berumur sekitar 2 tahun tetapi ukuran tubuhnya seperti biawak dewasa.

DSCN0689

With Om Sam, petugas ticketting Komodo yang super ramaah ๐Ÿ˜€

First stop at Pulau Rinca. Mengakrabkan diri dengan kawanan komodo yang senang nangkring di bawah dapur. Spot ini jadi spot favorit wisatawan yang berkunjung di Pulau Rinca, karena memang di bawah dapur ini bisa berkumpul sekitar lima atau lebih komodo. Dan kalau lagi kekenyangan, komodo-nya dalam leyeh-leyeh mode : ON. hehehe.

IMG_1579

Lagi serius dengerin cerita Om David

Jarak aman yang paling berani versi saya :D

Jarak aman yang paling berani versi saya ๐Ÿ˜€

Pada saat kami berkunjung, ada sekitar 9 komodo yang istirahat di sekitar dapur. Semuanya komodo dewasa. Mereka berada di dapur karena dapur jadi ya tempat sumber makanan seperti sisa-sisa daging dan sebagainya. Kalo lagi kenyang, si komodo ini bisa hibernasi alias leyeh-leyeh mode: ON sampai berhari-hari. Kalo lagi dalam keadaan begini, kita bisa sedikit merasa aman. Tapi jangan sampai lengah juga. Komodo sensitif terhadap gerakan yang tiba-tiba dan bau-bauan darah. Mungkin karena alaminya dia adalah predator. Tapi konon katanya, kalau di kejar komodo, usahakan lari dalam pola zig-zag, ini bertujuan untuk membuat si komodo bingung. Saya sih gak bersedia mengalami juga hehehe.

Soo.. apa yang bisa kita lakukan saat berkunjung ke Pulau Rinca? First of first adalah tracking. Dan memang ini sih kegiatan andalan yang ditawarkan Pulau Rinca. Menikmati kehidupan liar. Dari pos dapur tadi kami berjalan menuju bukit. Ada beberapa rute tracking yang ditawarkan pemandu saat kita mengunjungi Pulau Rinca. Rutenya tergantung jarak ada yang jarak dekat, jarak sedang dan jarak jauh. Sayang sekali saya lupa perbedaan dari ketiga rute tersebut. Rombongan kami memilih rute sedang untuk mengefisienkan waktu dan menghemat tenaga. Rute ini membawa kami mengelilingi setengah Pulau Rinca. View yang paling populer view dari puncak bukit yang dilatar belakangi laut.

IMG_1631

IMG_5124

Tracking ini cukup membuat kami excited. Konon katanya, dulu bukit ini adalah perairan, jadi tidak heran kalau dalam perjalanan mendaki bukit ini kita bisa menemui fosil kerang-kerangan seperti di bawah ini ๐Ÿ™‚

IMG_5115

IMG_5117

Tracking path

IMG_1610

Turun dari bukit sebagai penutup tracking kami di Pulau Rinca. Apa saja yang kami temua selama tracking. Its a lot..!. Bahkan Om David said Tuhan memberi kami rejeki untuk bertemu makhluk-makhluk yang belum tentu bisa ditemui orang lain. Pertama masuk kami bertemu anak komodo. Saat tracking tak berapa lama kemudian kami bertemu burung gagak (agak horror sih ketemu burung gagak siang-siang but its their habitat hehe). Tidak berapa lama, di depan kami tiba-tiba ada komodo dewasa berjalan ke arah kami. Tidak jauh dari situ, ada kerbau yang gedee banget lagi berendam di kubangan. Kami juga bertemu burung Gosong, hmmm mungkin karena penampakan fisiknya didominasi hitam jadi disebut burung Gosong. Burung ini juga lebih menyerupai ayam dari pada burung. Saat kami lewat, sepertinya ada sepasang yang sedang membuat sarang. Ceritanya Om David, burung ini burung tipe setia. Jika punya pasangan tidak akan berganti sampai ajal menjemput *duh. Kalau pasangannya mati duluan, baru deh mencari pengganti yang baru hehehe. Kami juga melewati kumpulan sarang komodo, yang bentuknya menyerupai lubang. Mirip-mirip lubang yang dibuat burung Maleo tapi ini ukurannya lebih besar.

Turun dari bukit, kami ngaso sebentar di aula yang disediakan TN dan berbincang-bincang dengan petugas TN yang lain. Btw om David also filming us hihih.

C360_2015-05-22-11-59-32-407

Travel mates

IMG_1571

Gak sah! kalo belum poto di plank ๐Ÿ˜€

Ok the next stop is Pulau Kalong yang menjadi sarang dari buanyaaaaak banget kelelawar. Kami mampir sebentar untuk melihat atraksi kelelawar di Pulau ini. Pulau ini dari penampakannya lebih mirip kumpulan pohon-pohon bakau tempat si kelelawar tadi menggantungkan diri. Driver boat sengaja membisingkan suara mesin boat saat kami mendekat sehingga kelelawar beterbangan.

DSCN0727

They’re all bats

Setelah mampir di Pulau Kalong, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Komodo, tempat kami akan bermalam malam ini dan melanjutkan penjelajahan esok hari. ๐Ÿ™‚ ๐Ÿ™‚

IMG_5058

IMG_20150621_102419

It looks like bukit Teletubbies

IMG_1661

Pulau Komodo.. Yeeay..!!

DSCN0738

Pasukan koper dan ransel ๐Ÿ˜€

Di Pulau Komodo, kami menginap di salah satu guest house di daerah belakang. Guest housenya terdiri dari beberapa kamar. Setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi, 2 tempat tidur (kami cecewek dapat 3 tempat tidur satu kamar karena gak ada yang mau misah ๐Ÿ˜€ ) dan lemari. Saat kami datang, kondisi sedang kemarau jadi persediaan air agak sedikit. Di luar kamar disediakan meja dan bangku yang agak besar untuk tempat kami makan dan berkumpul. Karena tiba hampir sore, kami memutuskan untuk beristirahat sambil membongkar-bongkar barang yang dibutuhkan dan bersih-bersih. Sore hari (karena pas nyampai udah kegirangan liat pantai) kami bermain-main di darmaga menikmati pemandangan senja ๐Ÿ™‚

Pengen nyemplung sih, tapi saya pantainya agak gak cocok buat nyemplung hehe. Di pinggir pantai kami masih melihat babi hutan bebas berkeliaran. Di dekat guest house kami pun banyak keluarga rusa yang bebas jalan-jalan. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan keberadaan manusia. Tidak banyak yang kami temui menginap di Pulau Komodo. Kebanyakan turis memang mungkin lebih memilih menikmati fasilitas menginap di kapal yang disediakan banyak biro perjalanan untuk menikmati Pulau Komodo. Kebanyakan mereka akan menginap di Pulau Kelor untuk menikmati sunset kemudian berangkat ke Pulau Komodo untuk tracking atau bird watching di pagi hari.

Penjelajahan kami di mulai di pagi hari. Sekitar pukul 7 kami sarapan dan dijemput Om David untuk mulai tracking kami di Pulau Komodo. Tujuan kami ke Sulpurhea Hills sambil bird watching, syukur-syukur kalo ketemu di Komodo lagi di jalan. Om David pemandu kami menjelaskan dengan baik jenis-jenis burung yang kami temui di jalan, juga tumbuhan-tumbuhannya. Kami sempat bertemu burung Gosong lagi di jalan. Melihat pohon kedondong yang merenggas, dan sempat mencoba buahnya yang asam-asam sepat meskipun sudah matang :D. Di jalan kami pun bertemu satu komodo yang sedang berjemur.

Perjalanan ke Sulpurhea Hills tidak memakan waktu lama. Sesampai di atas bukit, pemandangan yang kami lihat sehamparan hutan dengan banyaak sekali burung kakak tua beterbangan. Satu sisi savannah dan di sisi lain ada hutan yang penuh dengan pepohonan.

 

 

IMG_5157

Bird Watching in the morning

IMG_20150523_081200

Sulpurhea Hill and Me ๐Ÿ˜€

IMG_5168

Sulphurea Hill from the other side

 

20150523_065250

Setelah menikmati Sulpurhea Hill kami turun dan kembali ke guesthouse. Ternyata ada tempat nongkrong komodo juga yang bisa dijumpai di dekat bangunan dapur. Kami melihat ada beberapa komodo sedang leyeh-leyeh. Komodo-komodo itu kata om David umurnya udah puluhan tahun. Mungkin karena saking lamanya bertugas di sini, petugas bisa membedakan komodo yang satu dengan yang lain, which in my eyes they’re all the same hahaha.

Pengalaman paling mengesankan, saat kami akan kembali ke guesthouse mengambil barang-barang untuk melanjutkan perjalanan tiba-tiba di depan kami ada komodo dewasa sedang berjalan dengan santainya.

IMG_1778

Si Komodo bahkan sempet photo session pake gaya “nguap cantiks” ๐Ÿ˜€

20150523_082310

The almighty dragon, he walked to our guest house

IMG_1787

Percayalah! Saat foto ini diambil ada rasa deg-deg serr takut komodonya tiba-tiba berubah arah.

Daan ini menutup penjelajahan kami di Pulau Komodo. Next stop masih ada pantai (not too) Pink dan pulau Bidadari tempat kami akan menikmati pemandangan bawah laut Taman Nasional Komodo ๐Ÿ˜€

IMG_1805

Pantai (not too) Pink

Pas mampir di pantai ini sebenarnya kami bertanya-tanya.. Sebelah mananya yang Pink? Agak tidak seperti yang kami bayangkan dan yang banyak kami lihat di foto-foto yang terekam di sosial media. But, playing at beach its already joy it self sooo kami menikmati-menikmati saja sih. hehehe. Ternyata pasir pantainya akan pink jika terkena air karena di dalam pasirnya memang ada komponen-komponen berwarna merah entah hancuran karang atau alga yang berwarna merah. Di spot ini kami snorkling. Agak berbeda dengan snorkling di Raja Ampat, di sini saya memakai pelampung karena arusnya cukup kuat dan sempet agak deg-degan juga soalnya untuk melihat pemandangan bawah laut yang cakep mesti berenang-renang nun jauh ke tengah huhuhuhu.

IMG_1820

Jauuuh kan dari pantai berenangnya ๐Ÿ˜€

Agaaain ๐Ÿ˜ฆ kami tidak membawa alat dokumentasi yang mumpuni untuk potret bawah air. Padahal yang kami lihat saat snorkling cukup menarik untuk di abadikan.

Setelah pantai Pink, kami ke Pulau Bidadari. Pulau Bidadari ini juga salah satu spot snorkling di TN Komodo. Di tepi-tepi pantai aja sudah bisa ditemukan banyak ikan berkeliaran. Apalagi kalau main ke agak tengah yang agak sedikit menyeramkan karena katanya posisi karangnya agak curam soo you should be prepare with your life vest :D.

Tidak banyak foto yang bisa diabadikan saat bermain di pantai karena kami banyakan berenangnya dan berhubung peralatan dokumentasi tidak mendukung untuk dicemplungin ke air hehehe. Setelah selesai di Pulau Bidadari, kami kembali ke Labuan Bajo. Saya akan melanjutkan perjalanan ke Denpasar dan 3 teman lainnya harus melakukan tugas di Labuan Bajo selama beberapa hari sebelum kembali lagi ke Bogor.

Thats my another traveling diary. Sudah jadi draft berbulan-bulan dan harusnya sudah di publish berbulan-bulan yang lalu juga. But welll, menulis butuh mood dan waktu luang hahaha.

 

Hotel Grand Mega Cepu

Well, postingan ini akan jadi postingan review hotel pertama saya. Bermula dari perjalanan dinas ke Padangan yang kebetulan kami di sediakan tempat menginap di Cepu agar lebih dekat ke Padangan. Cepu itu salah satu kecamatan di Kabupaten Blora, ibu kotanya sendiri ada di Blora. Tapi Cepu lebih ramai daripada Blora. Mungkin karena beberapa site BUMN ada di sini seperti Pertamina dan Perhutani. Jadi fasilitas akomodasi yang baik tentu menjadi hal yang penting.
Awalnya bayangan saya, Cepu itu kecamatan kecil yang masih sepi makanya agak takjub juga kalo Cepu punya fasilitas hotel sekelas Grand Mega.
Kami tiba di hotel malam hari, awalnya saya gak terlalu memperhatikan lobby karena sudah lelah dan pengennya langsung tidur ajah. Saya dan tim check in dan di antar ke kamar masing-masing. Setelah masuk ke hotel bagian dalam saya pun disambut dengan konsep hotel resort yang menyenangkan. Ada kolam renang dan di sisi kiri kanan jalan setapak menuju kamar dihiasi tanaman-tanaman hias dan lampu-lampu temaram. Konsep hotel ini sedikit mengingatkan saya dengan hotel Novotel Bogor.
Kamar saya berada di unit belakang. Hotel ini sendiri sudah berdiri sekitar 5 tahun. Unit belakang bagian yang baru saja selesai dibangun. Kamar saya berada di lantai 2.

image

I got twin bedroom

image

Really love the cozy fuschia seat and the pajamas

image

image

image

I got a huge mirror ๐Ÿ˜๐Ÿ˜

image

image

The scenery outside the room

image

The bathtube outside the room, such a positive ambience

image

image

This is the room terrace. Its quite shabby chic style

image

image

Who can't stand this lovely hanging coach

image

image

This path view i was missed on the night

image

Red cushion on the lobby

image

image

Unfortunately i only spend one night on this hotel.

Too busy to write something. Its a busy week to finish the thesis. Wish me luck. Away frok laziness and dullness ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

Babi Face ๐Ÿท

Literally babi face..
Dua hari ini saya mencoba menggunakan character mask keluaran The Face Shop.. Karna kulit saya cenderung kering jadi saya mencoba variant yang memberikan efek melembabkan. Dari beberapa variant ternyata karakter babi yang memiliki kandungan manfaat melembabkan. Membeli produk ini juga sebenarnya karna penasaran hehe.. Dan produknya terlihat lucu.

image

image

First ingridients-nya water ada juga castor oil. Intinya masker ini bertujuan untuk meningkatkan kelembaban kulit.

image

Kesan pertama pemakaian “sangat lengket”. Di mask sheetnya semacam mengandung cairan, kalo pernah merasakan tekstur serum OST C20, cairan face mask ini lebih sticky lagi. Aturan pemakaiannya 15 menit. Tapi setelah 15 menit digunakan, facemask-nya tidak kunjung kering. Saya men-tap muka seperti yang dianjurkan. Dan muka terasa sangat lengket. Saya harus membiarkan beberapa puluh menit lagi baru setelah itu saya melanjutkan rutinitas skin care saya yang lain. Dua hari memakai face mask ini saya tidak merasakan perbedaan signifikan (ada masker tertentu yang punya efek “enak” setelah digunakan). I can’t say I’m not into this facemask unfortunately, walopun karakternya minta dicoba banget hehe.

“A Flash” of Pulau Dewata

Kenapa judulnya “a flash” karena emang postingan ini cerita sitik-sitik perjalanan saya di Pulau Dewata (karena gak pernah lama dan gak pernah really intent to jalan-jalan). I try to brought up my memories by the picture so you’re gonna see much more pictures in this post.

A good morning smile!

A good morning smile!

A good morning smile, no make up no lipstick. Fresh from the matress LOL. This trip was my first trip to Bali. I was so excited, tough i came here for work. Kami menginap di penginapan PU yang berada di tepi Pantai Sanur. Sanur is best spot to spot the sunrise. So here I was, woke up early and in rush visit the beach to spot my first sunrise at Sanur.

The cloud covered the sun, but it didn’t decrease its beauty. Seiring mentari muncul, doa dan puji pun beriringan dipanjatkan semoga Sang Pemilik semesta memberkati hari ini. Di pagi hari, orang-orang Bali mulai meletakkan sesajen yang isinya berbagai macam bunga di tempat-tempat yang dianggap sakral.

Sunset at SanurPagi itu, saya melihat banyak muda-mudi yang berkumpul memakai pakaian adat. Ternyata semalam ada ibadah (unfortunately i forgot the name ๐Ÿ˜ฆ ). Mereka menyingsing fajar bersama-sama. Ibadahnya kurang lebih semacam “mendem” alias berendam di laut.

This is our cottage during our 5 days work in Bali

This is our cottage during 5 days work in Bali

As I told you before, kami menghabiskan 5 hari kerja kami di sebuah cottage nyaman bernama Hotel Werdhapura. We got a cottage with 4 rooms inside. and you just need a few step to the beach and the pool. It so cozy. They have many variants room. You can choose to stay at single room (like in convention hotel) nor 2 rooms cottage nor 4 rooms cottage like us. There’re also has cottage with mini kitchen inside, really like a home.

Tirta Empul

Tirta Empul

Tirta Empul was the first tourist attraction that i visit. Tirta Empul ini semacam permandian suci yang masih banyak dikunjungi masyarakat. Di sekitar pemandian juga ada beberapa bangunan pura yang sangat khas Bali. Di sisi Barat Tirta Empul sendiri ada Istana Kepresidenan Tampak Siring dengan model arsitekturnya yang menarik. Konon katanya, dari atas istana bisa terlihat siapa saja yang menggunakan permandian.

IMG_4785

Pemandangan di kompleks Tirta Empul

Hari itu, lumayan banyak wisatawan yang berkunjung. Masuk ke sini pun harus memakai sarung seperti orang-orang Bali. Ternyata sore itu ada peribadatan. Beberapa kelompok orang yang selesai mandi di pemandian, beranjak ke pelataran pura unuk beribadah. Overall, tempat ini lumayan menarik. Arsitektur Balinya yang khas saja udah pas banget jadi objek foto.

Pantai Pandawa

Pantai Pandawa

Poto ini iseng saya ambil saat mengunjungi Pantai Pandawa (after visiting Tirta Empul). Well, frankly agak sedikit envy awalnya karena kok yaa saya jalan-jalannya juga gak bareng pasangan saya hihihihi. Saat kami berkunjung, pantai ini lumayan sepi. Tapi karena emang gak niat bermain basah-basahan jadi kami menikmati pantainya cukup di tepian atas saja sambil menikmati es kelapa dan angin pantai. Masuk ke area pantai kita sudah dipertontonkan pemandangan pahatan batu (sebenarnya lebih terlihat bekas areal galian tambang saking rapihnya potongannya), lebih ke dalam lagi bisa ditemukan patung lima pandawa. Mungkin terinspirasi dari namanya atau mungkin karena ada patung itu jadi namanya dinamakan pantai pandawa hehehe.

Bermain ombak :)

Bermain ombak ๐Ÿ™‚

Pantai Jimbaran, salah satu pantai yang jadi spot untuk hunting sunset foto. Sore itu sunset-nya juga tidak begitu clear, but beatiful tough. Sayangnya pantainya agak sedikit kotor oleh sampah-sampah dari laut yang terbawa ombak ke pantai. Tapi ini tidak mengurangi antusiasme orang-orang untuk mengunjungi pantai ini.

P1080517 (2)

Detik-detik tenggelamnya matahari akan menarik para wistawan berkumpul di bibir pantai dan mengeluarkan peralatan dokumentasi mereka, mulai yang kamera pocket seperti saya atau yang lebih canggih lagi, lengkap dengan tripod dan lensa super panjangnya. While other’s just enjoy the sunset from their table or playing with the water.

Sunset at Kuta

Sunset at Kuta

As closer to our flash we had fun in one of beach restaurant in Kuta. And got this beautiful picture to show. Kuta also known as best spot for sunset. I really happy that the sky is clear and the sun just rest peacefully.

Fibroadenoma Mammae Multiple (FAM)

Jadi berniat nulis postingan ini gegara aplikasi TimeHop tiba-tiba popping up notifikasinya daan ternyata setahun yang lalu di waktu yang sama saya masih terbaring lemes di rumah sakit dalam rangka recovery habis operasi. Tahun lalu bisa dibilang tahun yang cobaannya lumayan buatย saya pribadi. Ceritanya, di sekitar bulan April saat saya sedang tugas di luar kota tanpa sengaja saya menyadari ada benjolan yang agak asing di bagian payudara. Saya kemudian mengingat-ingat. Beberapa tahun yang lalu sebenarnya saya pun sadar akan keberadaan benjolan tersebut, tapi saya masih cuek saja karena ukurannya masih terbilang kecil. Akhirnya sedikit panik, saya mencoba mem-googling di internet tentang benjolan di payudara. Berbahaya atau kah tidak dan langkah apa yang harus saya lakukan. Pada awal pencarian, kebanyakan yang muncul adalah berita-berita seram yang mengarah pada tumor ganas dan kanker. Saya agak sedikit ngeri, berhubung beberapa orang yang saya kenal di keluarga saya ada yang pernah menderita tumor dan kanker payudara. Dari hasil browsing, akhirnya saya bisa mengetahui apa yang harus saya lakukan pertama setelah memastikan sendiri keberadaan benjolan tersebut. Ada teknis sederhana yang bisa dilakukan sendiri sekedar untuk pre-check up, istilahnya SADARI. Caranya bisa dilihat di sini. Setelah memastikan ada benjolan yang asing dan membicarakan dengan orang tua saya, saya akhirnya memberanikan diri ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa. Kebiasaan masyarakat kita pada umumnya, saat ada keluhan apalagi keluhan yang mengarah ke penyakit-penyakit berbahaya malah cenderung ditutupi karena terlalu takut menghadapi hasilnya. Saya pun pada awalnya merasa demikian. Tapi untuk hal ini tentu saya tidak bisa bertaruh dengan duduk diam saja, saya putuskan untuk menghadapi ketakutan saya terhadap apapun hasil pemeriksaan yang akan keluar nanti.

Hari itu, saya ke rumah sakit bagian dokter umum untuk meminta rujukan ke bagian radiologi (karena untuk ke radiologi ternyata gak bisa langsung main janjian dengan dokter radiologi, harus ada pengantar dulu dari dokter umum). Dokter umum memeriksa saya, dan juga meng-iya-kan keberadaan benjolan asing di payudara saya. Hari berikutnya, saya menemui bagia radiologi. Pemeriksaan yang akan saya jalani adalah pemeriksaan Ultrasonografi. Selama ini, pikiran saya yang sempit hanya mengira bahwa pemeriksaan USG itu hanya dilakukan oleh ibu hamil hehe. Ini pertama kalinya saya menjalani pemeriksaan USG. Agak malu pada awalnya, tapi yaa jadi pasrah aja hehe. Pemeriksaan dilakukan persis seperti adegan-adegan sinetron ato drama korea yang nontoni ibu hamil, cuma bedanya ini yang diobservasi adalah payudara sampai ke ketiak (so you better shaving before do it LOL).

20150911_085431

Hasil USG Perdana. You can spot the malignant, they looks like “kawah bulan”

Dari hasil USG perdana, ternyata yang terlihat tidak hanya satu benjolan. Benjolan yang terasa itu, memang benjolan yang ukurannya paling besar (diameter sekitar 20 mm), ada beberapa benjolan kecil tersebar di payudara kanan dan kiri. Masih tidak teraba karena ukurannya memang sangat kecil (diameter > 10 mm – 16 mm). Dari hasil radiologi, saya dirujuk untuk segera berkonsultasi dengan dokter bedah (nah kan udah mulai serem T.T). Akhirnya saya menuruti saran dokter, dan segera membuat janji konsultasi dengan dokter bedah. Sesuai jadwal yang disepakati, saya bertemu dengan dokter bedah. Dia memeriksa saya dan melihat hasil USG. Hari itu juga dokter menyarankan operasi (duarrrr..! T.T). Menurut dokter, kalau dilihat dari penampakan USG-nya sih tumor (istilah dokter) yang saya derita masih bersifat jinak, jadi semakin cepat diangkat, akan semakin baik. Hari itu sempat sudah akan menentukan jadwal operasi tapi kok yaa hati masih teu puguh. Jadilah saya pulang dulu dengan alasan mau berkonsultasi dengan keluarga dulu. Setelah berbincang dengan keluarga dan beberapa teman, akhirnya saya memutuskan untuk pindah rumah sakit yang agak jauh. Agak kurang sreg juga sih sebenarnya dengan layanan dokternya yang seolah tidak memberi alternatif lain selain operasi. Saya pindah ke salah satu rumah sakit swasta di Jakarta, sesuai saran teman saya, saya mencari ahli onkologi (dokter yang ahli dalam bidang per-tumor-an lah kira-kira). Setelah mencari-cari informasi di rumah sakit ini (atas rekomendasi salah satu teman juga yang pernah menderita penyakit yang sama), saya memutuskan untuk membuat janji konsultasi. Nama dokter saya Dr. Naland. Kakek-kakek Tionghoa yang suka manggil saya (well, maybe most her young age patienst) dengan Non. Konsultasi pertama, saya membawa hasil USG dari rumah sakit sebelumnya. Tapi karena hasil fotonya kurang clear, opa dokter merujuk saya ke bagian radiologi rumah sakit ini. Hari itu juga saya ke bagian radiologi dan di USG kembali. Well, beda rumah sakit beda kualitas saya pikir, dan beda ongkos juga ๐Ÿ˜€

?????????????

Pemeriksaan USG saya keluar dan saya kembali mengkonsultasikan hasilnya kepada dokter onkologi saya. Dari hasil USG, penampakannya saya menderita FAM (Fibroadenoma Mamae). Sesuai penjelasan dokter, intinya benjolan yang ditemukan di payudara saya termasuk tumor jinak. Sekali lihat, opa dokter langsung meledek ” pasti males makan sayur yaa?”. Crap! kok ketahuan heheh. Saya memang bukan pendoyan sayur sejak kecil. Malah kalau makan saya prefer makanan saya kering, tanpa kuah. Banter-banter paling pake kuah ikan masak. Kalau harus makan sayur, saya cuma makan sayur daun-daunan dan paling gak suka sayur batang-batangan hehe.

20150911_085541

FAM yang ada di payudara kanan. Yang keraba cuma 1 tapi ada 3 yang terdeteksi di USG

Dokter menjelaskan kalau penyakit ini memang banyak ditemukan pada wanita di usia awal 20-an. Bisa jadi karena pengaruh hormonal yang diakibatkan oleh pola hidup yang dijalani termasuk di dalamnya pola makan. Katanya orang yang mengidap peyakit ini keseringan mengkonsumsi makanan yang mengansung MSG (monosodium glutamat) atau kebanyakan makan junk food.ย Tetapi kata opa dokter, alternatif paling baik memang dioperasi supaya bisa benar-benar dipastikan apakah tumor tersebut ganas atau tidak. Enaknya, setelah saya menanyakan apakah ada pilihan lain selain operasi, opa dokter memberikan penawaran untuk menjalani terapi obat-obatan selama kurun waktu tertentu. Saya tentu saja memilih alternatif itu. Setidaknya masih ada beberapa waktu untuk menjalani beberapa laternatif pengobatan yang memungkinkan untuk tidak dioperasi. Membayangkan dibelek-belek aja saya udah seram hiii. Akhirnya, selama 4 bulan berikutnya saya rutin check up tiap bulan dan menkonsumsi anti oksidan serta vitamin E dosis tinggi. Ini untuk menghambat pertumbuhan si tumor, yaa lebih bagus lagi kalau bisa menciut. Di luar konsumsi obat dari dokter, atas saran beberapa teman dan keluarga, saya pun mencoba mengkonsumsi obat-obatan herbal seperti ekstrak kunir putih, bawang arab/dayak, sarang semut bahkan mencoba menjadi vegetarian (yang hanya long last 3 bulan gara-gara tidak bisa mengatur menu dengan baik dan berakhir dirawat di rumah sakit karena thypus ๐Ÿ˜€ ).

Hasil USG setelah 4 bulan USG pertama.

Hasil USG setelah 4 bulan USG pertama.

Empat bulan berikutnya saya melakukan USG lagi, tepatnya di bulan Agustus. Oia, selain USG, pada pemeriksaan pertama saya juga melakukan pemeriksaan Thorax. Dari hasil USG kedua ini, ternyata tetap terjadi penambahan ukuran tumor dari USG pertama. Sesuai kesepakatan diawal, kalau tidak ada perubahan (tentu saja harapannya timornya menciut) maka saya bersedia menjalani operasi. Selain USG, saya juga menjalani pemeriksaan Mammografi (ini kayaknya yang paling gak enak, lebih gak enak dibanding pengambilan sample darah di Lab ๐Ÿ˜ฆ ). Setelah konsultasi, akhirnya disepakati saya akan menjalani operasi di tanggal 8 September 2014. Saya pun hari itu memulai semua proses yang harus dilakukan, mulai dari membooking kamar (its approximately a week before the operation), tes sample darah dan lain-lain. Dokter menjelaskan kalau operasi yang akan saya jalani memerlukan pembiusan total (in some cases, tumor seperti saya cukup diangkat dengan bius lokal). Operasi ini tidak akan mempengaruhi fungsi payudara seperti menganggu fungsi menyusui. Jadi saya merasa aman-aman saja.

A week later, saya kembali ke rumah sakit dengan segala persiapan perawatan pasca operasi. Ditemani bapak dan adek-adek dan gak ketinggalan si sahabt tercinta (yang tadinya ngarep bisa ketemu sebelum masuk ruang OP tapi gak bisa nyampe ternyata hehehe). Saya masuk ke kamar perawatan terlebih dahulu (karena ini rumah sakit swasta yang agak oke, jadi kelas III pun fasilitasnya sudah sangat baik menurut saya), mengganti baju seperti di sarankan suster. Dan sudah puasa sejak pagi. Hiks. Sekitar jam 11, dokter anastesi datang menjelaskan tentang anastesi seperti apa yang akan saya dapatkan di ruang operasi, kapan anastesinya akan dimulai dan perkiraan saya akan sadar dari anastesi, setelah itu saya disuntikkan semacam obat antibiotik untuk tes alergi. Pukul 14.00 WIB, perawat datang dan saya siap di bawa ke ruang OP (padahal jadwal operasinya pukul 15.00 WIB). Perasaan masih santai, tapi karena melihat tatapan khawatir Bapak, jadi ikut deg-degan. Masuk ke ruang OP masih bisa senyum-senyum dadah-dadah ke penjaga-penjaga saya. Ternyata, saya tidak langsung masuk di ruang OP. Saya mampir dulu di ruangan semacam ruang transit. Sayangnya pas nengok saya sempat melihat ada banyak darah (hoosh, blood really not my things). Akhirnya sepanjang jalan saya merem. Sampai tiba di shelter saya sendiri. Seorang suster pria datang, memasangkan infus dan meminta saya mengganti baju (pake baju ijo-ijo). Suster-susternya ramah, pada ngajak bercanda, mungkin karena sudah melihat muka saya pucat. Dalam hati sih udah segala macam apalan quran dirapalin. Sekitar 20 menit sebelum pukul 15.00 WIB, dokter saya keluar dari ruang bedah yang sesungguhnya, dia dikabari oleh suster bahwa pasien selanjutnya sudah ada (who is saya hehe). Si opa dokter ternyata baru selesai operasi juga. Dia pun menghampiri saya, melihat kembali hasil USG dan kemudian menggambar (literally on the area to operate by spidol) sisi mana yang harus dibelek. Setelah opa dokter pergi, dokter anastesi saya pun datang, menyuntikkan cairan yang akan membuat saya terbang entah kemana untuk beberapa saat. Semakin ke sini semakin mengantuk.. bacaan quran yang saya rapalin pun kok rasanya makin kacau hahaha. Daaan, akhirnya gelap……………………

Saya terbangun setengah sadar, membuka mata dan melihat suster sedang menulis tapi gak punya daya buat ngomong. Sepertinya mbak suster memperhatikan gerak-gerik mata saya dan akhrinya menghampiri, melepaskan selang (yang saya gak sadar dari tadi) dari mulut saya, diganti dengan selang oksigen. First thing i was aware, Alhamdulillah ya Allah saya masih bangun. Beberapa saat kemudian, saya pun dipindahkan kembali ke kamar perawatan saya. Daan ternyata saat itu sudah pukul 18.00 WIB lebih. Keluarga dan sahabat sudah ramai. Ada bapak yang langsung mendekati. Ada adek-adek, sahabat-sahabat, kakak serta tante. Katanya sih malam itu saya meracau aneh-aneh. Apalah yaa, namanya juga masih setengah bius. Setiap orang saya tanyain udah makan apa belum ๐Ÿ˜€ (cpcpcp even dalam keadaan setengah sadar, yang gue ingat adalah makanan, gak ada romantis-romantisnya macam di sinetron hahah). Dalam 5 hari perawatan, di hari pertama setelah operasi saya didatangi oleh ahli nutrisi yang memberikan penjelasan makanan apa saja yang akan diberikan kepada saya 5 hari ke depan dan makanan apa saja yang bisa mendukung proses pemulihan saya (disaranin banyak makan tomat, huhuhu). Setiap hari ada dokter jaga yang bergantian shift menanyakan kabar dan keluhan. Dokter saya sendiri dalam 5 hari berkunjung sebanyak 2 kali. 2 hari pasca operasi dan sehari sebelum saya kembali ke rumah. Overall, pelayanan rumah sakit ini sangat baik dan sangat membuat nyaman pasien. Ada suster yang memandikan tiap pagi dan sore, menu makanan bisa milih, kamar dibersihkan 2 kali sehari daan susternya pada responsif. Selama di rumah sakit pun banyak teman yang menjenguk, dijengukin Ibu (panggilan buat calon mertua) yang akhirnya jadi kesempatan buat ngenalin ke Bapak hehehe.

Pemulihan pasca operasi saya cukup lama. Sekitar sebulan saya baru bisa beraktifitas normal. 2 minggu saya habiskan di rumah Tante saya di Tanjung Priok untuk memudahkan makan dan perawatan saya (terima kasih yaa tanteee :* ), baru setelah itu saya kembali ke Bogor. Itu pun tidak bisa langsung beraktifitas normal, saya istirahat 1 minggu dulu tanpa ke kampus dan mengerjakan apa pun. Bulan-bulan berikutnya saya habiskan dengan berkonsultasi tiap bulan dengan dokter saya. Jadi saya masih harus bolak balik ke Jakarta sekali sebulan. Masih mengkonsumsi obat seperti sebelumnya cuma kali ini ditambahkan obat salep untuk luka operasinya. Yaaang unfortunately, serapih apa pun jahitannya tetap berbekas hiks hiks. Proses pengobatannya kurang lebih 1 tahun 1 bulan karena saya terakhir check up di bulan Mei kemarin dan sudah tidak ada keluhan nyeri lagi jadi kunjungan ke dokter saya akhiri. Apakah mungkin penyakit ini kembali lagi walaupun sudah operasi? Jawabannya tetap IYA. Jadi yang harus dilakukan adalah menjaga pola hidup sebaik mungkin, menjaga pola makan sebaik mungkin, dan pemeriksaan teratur untuk deteksi dini.

Setahun perawatan tentu menghabiskan materi yang cukup banyak (operasinya sendiri hampir IDR 23 juta belum konsultasi yang tiap kunjungan menghabiskan minimal IDR 500ribu sampai IDR 2juta), waktu dan tenaga juga perasaan hiks hiks. Tapi yaa cobaan adalah cobaan, tinggal dihadapin aja. Dibalik kita yang merasa menderita, masih ada orang-orang yang lebih menderita yang mungkin kita tidak pernah tahu. Intinya, KESEHATAN ITU PENTING..! Dan yang bisa menjaga tubuh kita ya kita sendiri.

Tulisan ini hanya untuk berbagi pengalaman. Berbagi cerita. Syukur-syukur bagi teman-teman wanita bisa menimbulkan kesadarannya untuk memeriksa diri sendiri sejak dini. Dalam banyak kasus, tumor jinak seperti ini disepelekan, padahal potensinya untuk berubah menjadi tumor ganas cukup tinggi kalau tidak diperlakukan dengan tepat.

Tuhan Bekerja dan Saya pun di Raja Ampat (part 2)

Hari ke-2…..

I can say that this is the main day of our Raja Ampat trip. Sekitar pukul 07.00 kami meninggalkan homestay. Hari ini kami merencanakan beberapa titik wisata. Yang pertama Piaynemo. Dari homestay kami, pulau ini ditempuh dengan 2 jam perjalanan. Piaynemo dikenal juga dengan sebutan Mini Wayag. Wayag adalah salah satu bagian dari Kepulauan Raja Ampat yang paling terkenal. Piaynemo ini bentuknya memang menyerupai Wayag cuma dengan lingkup areal yang lebih kecil. Untuk masuk ke Piaynemo, kami dikenakan biaya Rp. 10.000 per orang. Speedboat kami merapat di darmaga Piaynamo homestay. Ternyata speedboat kami yang paling duluan merapat. Disusul satu boat yang isinya seorang turis Eropa dan beberapa guidenya. How lucky we were. It’s mean there’s a lot of space to take the photograph and enjoy Piaynemo for our little group.

Darmaga Piaynemo

Darmaga Piaynemo

Kami berjalan menyusuri darmaga menuju ke arah puncak Piaynemo. Tracking menuju puncak dimudahkan dengan fasilitas anak tangga yang katanya berjumlah ratusan. Walaupun sudah dilengkapi anak tangga, karena fisik menciut gegara gak pernah olahraga, sampai puncak pun ngos-ngosan juga rasanya hehehe.

Tracking track

Tracking track

Tapi sesampai di puncak, apa yang didapat rasanya sepadan. Akhirnya terlihatlah pemandangan yang selama ini cuma bisa dirasa-rasa lewat foto-foto orang. Capek siih, tapi worth it lah dapat pemandangan yang Alhamdulillah banget dikasi kesempatan buat menikmatinya.

Piaynemo

Piaynemo

Laguna Bintang

Laguna Bintang

20150122_100006Setelah puas menikmati Piaynemo (well, gak sampe puas sih soalnya 30 menit kemudian datang rombongan besar turis China dan Jepang yaang membuat kami mau gak mau lebih memilih bergeser ke tempat yang lebih tenang hahaha), kami melanjutkan perjalanan ke situs selanjutnya Kampung Wisata Arborek.

Darmaga Kampung Arborek

Darmaga Kampung Arborek

Pulau Arborek merupakan salah satu pulau berpenghuni di Raja Ampat. Di sini aktifitas warganya kebanyakan membuat kerajinan. Sayang sekali untuk kesempatan kali ini kami tidak masuk ke dalam kampung untuk melihat aktifitas warga. Dari darmaga, kami melihat kampung sepi seakan tidak ada aktifitas, jadi ingin masuk pun rasanya enggan. Kami makan siang di darmaga. Setelah itu bermain air di sekitar darmaga. Kampung Arborek ini menjadi salah satu best spot untuk snorkling dan diving. Dari atas darmaga saja kami sudah bisa melihat terumbu-terumbu karang yang cantik dan bintang laut juga ikan-ikan yang asik seliweran. Apa kabar kalo langsung nyemplung kan? hehe.

See those little fishes!

See those little fishes!

Beberapa teman menikmati snorkling. Saya sendiri belum berani turun main air di site ini. Hanya berani memandangi dari atas padahal persiapan mental sudah dilakukan sejak awal keberangkatan. Tapi pas ketemu air dalam, walaupun jernih ternyata jiper juga. Hahaha. Di site ini arus laut cukup deras, jadi guide kami mengingatkan untuk berhati-hati saat snorkling. Karena dengan arus yang deras, kadang kita tidak sadar terbawa arus cukup jauh Tidak jauh dari darmaga Kampung Arborek, ada sekelompok wisatawan asing dengan perlengkapan diving akan melakukan diving. Beberapa lainnya ikut snorkling di sekitar tempat kami berlabuh.

Darmaga Raja Ampat Dive Lodge

Darmaga Raja Ampat Dive Lodge

Site berikutnya yang kami kunjungi adalah Raja Ampat Dive Lodge. Meskipun cottage ini private, tapi kami ternyata boleh menikmati pantainya yang cantik. Cottage ini cukup mewah, kata guide kami kebanyakan yang nginap di sini turis-turis dari Eropa. Menginap semalam pun budgetnya bisa jutaan. Kalo turis lokal sih kayaknya masih sayang yaa menghabiskan budget menginap sampai jutaan hehe. Di cottage ini kami juga melihat dengan jelas banyak terumbu karang di bawah bangunan darmaga karena jernihnya airnya. Masuk ke dalam area cottage kami sudah di sambut oleh pantai yang pasirnya putih dan halus. Matahari yang terik tidak menghalangi kami bermain di pantai. Its time for sun bathing. Yeeay!

P1090281

I got this coral picture under the dramaga.

I got this coral picture under the dramaga.

P1090280

Sea, sun, and sand.

P1090271

Beranjak dari Dive Lodge Raja Ampat kami menuju ke area dekat homestay yaitu Desa Yenbuba. Desa Yenbuba ini masih masuk dalam Pulau Manswar cuma pulaunya berseberangan. Desa Yenbuba berada di pulau kecil sebelah pulau Manswar besar. Di siang hari saat air laut sedang surut, pulau ini dipisahkan oleh hamparan pasir serupa pasir timbul. Jadi kami berjalan menuju Desa Yenbuba mengarungi (duileh “mengarungi” hahaha) lautan yang dalamnya cuma sebetis. Sesampai di ujung pulau, saya pun memberanikan diri snorkling. Di sini arusnya jauh lebih tenang dibanding Kampung Arborek. Di kawal uncle Arnold (guide kami) saya mulai snorkling di tempat yang cetek (cuma sepinggang airnya). Pertama kali nyobain snorkling daaan mempraktekkan latihan berenang selama ini hahaha. What i can say. It is superb amazing view that i ever see. Tapi makin ke sana kok yaa makin serem yaa karena perairannya makin dalam. Buuut, i encourage my self. I have to go through this fear. This is the momentum. Jadi di tengah deg-deg serr takut kelelep, baca jampi-jampi dalam hati, daan sekaligus senang bisa berenang dengan ikan-ikan warna-warni, lihat terumbu karang yang beraneka ragam bentuk dan warna. Snorkling sekitar setengah jam, saya akhirnya berhasil mencapai tiang darmaga pulau sebelah. Fiuhhh!. But after that, sama sekali gak berani ngelepasin pegangan tangan dari tiang karena airnya jadi semakiin dalaaaam dan dalaaaam.

P1090321

Yang lain renang, eike mah pegangan aja di tiang. Takut nyungsep T.T

Yang lain renang, eike mah pegangan aja di tiang. Takut nyungsep T.T

Temen-temen yang lain sih masih tetap “molo” bersama. Saya memilih diam sambil pegangan di tiang, menunggu boat kami merapat di darmaga sambil sesekali nyemplungin kepala buat ngeliat pemandangan bawah lautnya.ย Selesai snorkling, kami kembali ke atas kapal. Banyak anak kecil yang menonton kami berenang. Mereka diminta Uncle Arnold mengambilkan buah-buahan. Dan dapatlah kami sekantong besar mangga hutan.

Next destination sekaligus, last destination kami kembali menuju Pasir Timbul. Bermain air dan foto-foto bersama. Tidak banyak waktu yang kami habiskan di Pasir Timbul kali ini, karena cuaca tiba-tiba berubah mendung. Jadi kami putuskan untuk kembali ke homestay. Rencana awal, malam ini kami masih menginap di Raja Ampat. Tapi karena sebagian besar lokasi menarik sudah selesai kami kunjungi hari ini, dalam rangka mengirit ongkos kami memutuskan untuk pulang kembali ke Waisai sore itu juga dan menginap di Waisai semalam. Dan akan menyeberang kembali dengan kapal cepat keesokan harinya. Perjalanan kami ditutup dengan sunset manis di tengah laut.

P1090350

As resume of my trip story at Raja Ampat i write some points that maybe useful for whoever reads this post :

  1. Kami ke Sorong menggunakan maskapai Garuda Indonesia (bukan karena gaya, tapi karna waktu memesan maskapai itu malah yang menyediakan lower fare dibanding maskapai lainnya) dengan memesan di Traveloka.
  2. Penerbangan ke Sorong biasanya transit di Manado, kebetulan pesawat kami transit malam dan berangkat lagi subuh hari sehingga kalau punya keluarga di Manado akan lebih baik menghubungi mereka untuk sekedar numpang istirahat atau mutar-mutar kota Manado sembali menunggu penerbangan. Jika tidak, di bandara ada minimart yang buka 24 jam. Tinggal belanja di sana dan ngomong ke mas-nya mau numpang transit. Its better if you have travelmate.
  3. What i regret most is, i didn’t prepare any documentation tools for these trip. Gak bawa kamera yang agak kece (ex. DSLR or Go Pro or underwater camera) bahkan gak kepikiran buat nyari kondom untuk kamera digital yang dibawa. So i can’t give you all the beauty of the scnenes that i saw there.
  4. Walaupun disediakan alat snorkle, tapi karena alatnya terbatas sebaiknya dari awal dibicarakan kepada penyedia layanan untuk menyediakan snorkle sesuai jumlah orang atau better you bring your own snorkle.
  5. Harusnya mah ke sini udah pinter diving T.T. Because you know, you’re gonna miss much more amazing underwater view.
  6. All money i need to have this trip (exclude airplane ticket and cost i spent in Sorong) approximately IDR 1.300.000. YES. It very very cheap if you compare with another travel agent which budget at least IDR 2.500.000 per person. We spent IDR 5.000.000 for the speedboat while other normally get IDR 8.000.000. (that is what a friend of friend’s is for), we spent IDR 400.000 per person for the homestay while other normally get IDR 500.000. We didn’t spent anything in Waisai because we spent the night at our friend’s friend (who also own the boat ๐Ÿ˜€ )

For me this is like unreal trip. I have wish for such a long time to have this chance. Daan as usual, all you need to do is ask and just wait for the answer.

Seperti, membaca Partikel yang akhirnya membawa saya ke Taman Nasional Tanjung Puting. Memimpikan ke Bali dan akhirnya pekerjaan membawa saya ke Bali. Ingin ke Komodo dan akhirnya ada juga kesempatan main ke Taman Nasional Komodo. All begin with the WISH and BELIEF.

So, keep dream on. There’s so much place wait to be visit.

Tuhan Bekerja, dan Saya pun Di Raja Ampat (Part 1)

Every single desire can lead to dream and every single dream has possibility to become reality

Santosh Kalwar

Pernah menginginkan sesuatu sampai membayangkan kalo kamu sudah ย memperolehnya ? Yes, I did. I do. Insipirasi mengunjungi tempat biasanya berasal dari buku yang terbaca, film yang tertonton, atau dari kawan yang berkisah. Raja Ampat.. populer sejak bertahun-tahun yang lalu. Jadi semacam icon wisata di sisi timur Indonesia yang gak semua orang berkesempatan mengunjungi karena memang ongkos berkunjung ke sana gak sedikit. Tapi gak apa-apalah yaa bermimpi sepenuh hati suatu hari bisa mengunjungi Raja Ampat. Masa ngimpi yang gratisan aja gak berani heheh. Entah bagaimana skenarionya. Kali ini pun, seperti biasa, Tuhan bekerja ๐Ÿ™‚

Postingan ini kalo ibaratnya makanan kayaknya udah basi ya. Berhubung ke Raja Ampat-nya sudah dari Januari kemarin. Ceritanya ini nyambung sama cerita petualangan kami di Sorong di postingan sini.

Setelah menghabiskan beberapa hari di Sorong yang panas hehe. Akhirnya pada suatu sore, temen Mbak Wita datang dan kami membicarakan persiapan berangkat ke Raja Ampat. So excited.

ย Hari Rabu, 21 Januari 2015 kami berangkat dari Kompleks RRI menuju ke Pelabuhan Rakyat Kota Sorong. Jaraknya tidak jauh, sekitar 15 menit ditempuh dengan mobil. Rombongan kami ada ada 9 orang. Kami ber-7 dan kawan Mbak Wita ada 2 orang. Sesampai di pelabuhan, kami segera menuju ke loket tiket untuk membeli tiket feri yang akan membawa kami menyeberang dari Kota Sorong menuju Kabupaten Raja Ampat. Tiket feri nya seharga IDR 75.000. Setelah membeli tiket kami menuju kapal feri yang akan membawa kami menuju Raja Ampat. Kami menggunakan kapal feri Belibis, dan ternyata oh ternyata kabarnya yang jadi Manajer kapal tersebut adalah mantan Kepala Sekolah saya di SMP. Dunia sempit sekali hehehe.

P1080890

Penampakan Pelabuhan Rakyat Kota Sorong

Penampakan Pelabuhan Rakyat Kota Sorong

Kapal feri ini cukup nyaman dan bersih. Kami menghabiskan 2 jam perjalanan untuk menyebrang ke Kabupaten Raja Ampat. Di kapal, kami banyak menghabiskan waktu di dek. Menikmati hembusan angin laut dan pemandangan laut di sekeliling kami. Dan tentu saja, berfoto tak boleh ketinggalan.

Really enjoy the trip

Really enjoy the trip

Kondisi di dalam kapal feri

Kondisi di dalam kapal feri

Rombongan Sirkus ke Raja Ampat

Rombongan Sirkus ke Raja Ampat

Aisyah dan Fahri

Aisyah dan Fahri

P1080920

Pasangan pengantin baru yang bulan madu-nya harus di kawal.

Pasangan pengantin baru yang bulan madu-nya harus di kawal.

Setelah 2 jam perjalanan, kami tiba di darmaga Kabupaten Raja Ampat. Sesampai di darmaga kami menyempatkan diri foto-foto (again, its all about foto-foto). Tidak lama kemudian, hujan turun deras dan kami menuju ke bangunan darmaga untuk berteduh. Bangunan darmaga ini semacam bangunan terminal, tempat orang-orang transit untuk melanjutkan perjalanan mereka ke wilayah Raja Ampat yang dituju. Di sini terdapat semacam pusat informasi yang menyediakan informasi terkait lokasi-lokasi wisata di gugusan Raja Ampat. Tidak banyak yang menggunakan saya rasa, karena kebanyakan orang yang nge-trip ke Raja Ampat ini sudah berhubungan langsung dengan guide/travel agent yang menyediakan trip untuk Raja Ampat. Kami menunggu hujan mereda, setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami ke Mansuar, tempat kami akan menginap sampai besok. Perjalanan ke Mansuar dari Waisai (ibu kota Kabupaten Raja Ampat) kami tempuh dengan speedboat kapasitas 12 orang. Dalam waktu normal, kami bisa mencapai Mansuar hanya setengah jam. Tapi karena satu mesin speedboat kami mati, kami menempuh Mansuar hampir 1 jam.

First site kami temukan setelah sekitar 30 menit melintasi lautan. Ada satu hamparan pasir di tengah-tengah laut, masyarakat menyebutnya Pasir Timbul. Pasirnya benar-benar bersih. Begitu juga air lautnya. That’s very beautiful. Di tengah terik matahari pun kami bersedia turun dan mulai bermain air. Saya bahkan sempat bertemu ubur-ubur diperairannya.

Such a beautiful Indonesia :)

Such a beautiful Indonesia ๐Ÿ™‚

See, i got this jellyfish picture :)

See, i got this jellyfish picture ๐Ÿ™‚

P1080997

We had fun!

We had fun!

Tidak banyak waktu yang kami habiskan di Pasir Timbul untuk saat itu. Karena hari sudah mulai beranjak sore dan kami harus bergegas menuju ke home stay. Kami melanjutkan perjalanan kembali, menikmati sisa-sisa pemandangan laut dengan pulau-pulau di kiri kanan-nya. Pulau-pulau tersebut sebagian besar telah dipenuhi oleh cottage-cottage untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung-pengunjungnya. Setelah masuk ke gugusan Pulau Mansuar, letak home stay kami… ada area yang dijadikan pemakaman umum untuk masyarakat sekitar. Yang disayangkan sebenarnya, kebanyakan cottage merupakan investasi dari investor-investor besar dan dari luar negeri. Masyarakat mendapat bagian sebagai pekerja cottage atau menjual souvenir-souvenir atau menjadi guide/boat driver.

Kami tiba di homestay kami sekitar pukul 16.00 WIT. Membereskan barang-barang dan ternyata makanan untuk makan siang sudah disediakan. Enaknya di Raja Ampat itu, apapun makanannya selalu terasa enak. Tiap kali makan kami akan disajikan lauk ikan besar dan sayur.

a very late lunch!

a very late lunch!

ย Sore itu, kami mencicipi segarnya pantai dan matahari Raja Ampat untuk pertama kali. Nikmat Tuhan mana lagi yang bisa kami ingkari ๐Ÿ™‚ .

Berjalan ke arah kiri homestay, kami menemukan beberapa homestay yang dihuni oleh turis mancanegara. Berenang dan bermain air beberapa saat kami kembali ke homestay, bersih-bersih dan setelah itu nongkrong di depan homestay menikmati sunset. Btw, ini pertama kalinya saya memberanikan diri berenang di pantai. Sejak kecil saya punya phobia air dalam karena pernah tenggelam di sungai. Saya gak akan berani masuk ke air yang ketinggiannya melebihi badan saya. But, this beautiful place just like a magic, bring the courage to do what you think you can’t do. ๐Ÿ™‚

ย P1090084ย Setelah berenang kami bersih-bersih dan menghabiskan sore menuju malam menikmati sunset yang indah seperti di atas ini.

Malam hari di tempat ini sangat tenang. Suara deburan ombak diselingi suara serangga-serangga malam. Karena tempatnya minim cahaya, bintang-bintang menjadi sangat terang. Saya dan beberapa teman mengobrol di bale-bale depan homestay. Kami menyaksikan air surut dan salah satu teman dengan berani turun ke pantai bermain air. Dia menemukan banyak udang-udangan, ikan bahkan ada ular hiii.P1090093Pukul 22.00 WIT kami masuk ke kamar dan beristirahat. Disini, listrik cuma menyala dari pukul 05.00 hingga pukul 24.00 WIT. Waktu listrik menyala dimaksimalkan untuk men-charge berbagai macam alat elektronik untuk bekal jalan-jalan esok hari.

Setiap kamar di homestay ini berisi 2 kasur yang masing-masing dilengkapi dengan kelambu untuk menghalau nyamuk. Karena wilayah ini masih endemik malaria. So when you come here, you better prepare anti-mosquito lotion etc.

Next part… saya akan bercerita hari ke-2 kami di Raja Ampat dan tempat apa saja yang kami kunjungi seharian penuh. ๐Ÿ™‚