Sedikit Cerita tentang SORONG dan teman Ambon yang Menikah

Dengan alasan utama pengen jalan-jalan ke Raja Ampat dan alasan sampingan mau menghadiri pernikahan sahabat yang memang kampungnya di Sorong. 🙂 Kami berangkat dari Bogor menuju bandara Soekarno Hatta di tanggal 16 Januari 2014. Penerbangan pertama, Jakarta – Manado GA 606 boarding pukul 18.10 WIB sampai di Manado pukul 22.30 WITA. Flight ticketsTadinya ada kakak kelas yang niat jemput, tapi ternyata ohh ternyata si kakak kelas tidur, jadilah kami menikmati malam di bandara yang katanya Internasional tapi ternyata gak operasi 24 jam (emang ada aturan ya bandara internasional harus operasi 24 jam? hihihi). Beruntung, mas-mas Excelso mau mengantar kami ke minimart sebelah yang buka 24 jam. Bisa nge-charge handphone sambil nonton drama korea menunggu jadwal boarding berikutnya ke Sorong. Boarding ke Sorong dijadwalkan pukul 04.30 WITA. Bandara mulai ramai pukul 02.30 WITA, kami pun pamit dari minimarket, bersiap-siap untuk penerbangan selanjutnya. Proses check in beres, membersihkan diri dan touch up ala kadarnya daaan get ready for the next flight. Selfie on the airportPesawat dari Manado ke Sorong menggunakan jenis bombardir, ukurannya lebih kecil dari pesawat Boeing. Seat nya pun hanya berjumlah 25 pasang. Kami naik pesawat sesuai jadwal, tapi karena alasan teknis, penumpang disuruh kembali turun ke ruang tunggu, menunggu pesawat selesai diperbaiki. Theen, baru bener-bener berangkat menuju Sorong sekitar pukul 07.00 WITA. Perjanalan kurang lebih 1 jam 30 menit kami tiba di Bandar Udara Dominique Edward Osok.

First impression, PANAS and yeeeay! Another part of Papua sudah terinjak. Kali ini Papua Barat. Hehe

Jam 9 pagi tapi matahari sudah bersinar dengan teriknya serasa jam 12 siang di Indonesia bagian barat. Kami dijemput oleh calon pengantin dan segera meluncur ke rumah mempelai. Di Sorong, kami menginap di kompleks RRI Sorong.
Masuk ke rumah pengantin, dekorasi pelaminan ala bugis sudah menghiasi rumah. Katanya dipilih karena si calon suami orang bugis. Hari pernikahan jatuh tanggal 18 Januari 2015. Tidak ada acara spesial di malam pernikahan karena ternyata sudah diadakan beberapa hari sebelumnya. Saya dan partner jalan2 saya kali ini didaulat menjadi keluarga angkat mempelai lelaki. Acara pernikahan berlangsung hikmat. Resepsinya menggunakan pakaian pengantin bugis. Happy wedding untuk mbak Aswita Lewenussa dan kak Aswar… ♡♡♡♡♡. We wish you many many many blessing for your family..

image

Di malam hari, ada pesta pesta joged yang diadakan.. katanya kalo orang Ambon nikah selalu ada pesta joged. Musiknya gak mesti musik tradisional, dangdut koplo pun jadi.. tapi banyakan yang diputar musik2 bernuansa Ambon. Setiap tamu duduk melingkar di kursi-kursi yang telah disediakan. Saat musik mulai menghentak, satu orang akan mengawali jogednya kemudian menjemput orang selanjutnya yang akan diajak joged.. begitu seterusnya.. ada juga joged yang pesertanya serentak maju ke depan daaan mereka joged dengan gerakan yang sama. Mungkin acara joged2 ini ada lesnya juga supaya bisa inget pola2 gerakannya hehe. Yang lucu lagi ada beberapa pasang oma dan opa yang membawakan dansa waltz dan dansa yang entah apalah namanya. Acara joged ini bisa berlangsung sampai subuh. Karena sudah ngantuk dan lelah, kami undur diri sebelum acara selesai.

Ada satu sore yang kami habiskan berpetualang di kota Sorong. Mulai dari makan Baso Barokah sampai jalan-jalan ke pelosok kota. Ke Tembok Berlin menikmati seafood, ke pasar dan berekendara keliling kota. Baso Barokah is a must try kalo berkunjung ke kota Sorong. Basonya enak. Hehe. Sayangnya di Sorong kami tidak sempat mencicipi makanan asli sana. Tapi ibu (mamahnya mbak wita) sempat menyajikan pisang ashar. Pisang ashar ini sepertinya cemilan khas Ambon sih. Jadi itu semacam pisang raja yang belum terlalu matang. Dilapisi semacam nugget kacang dan ada aroma-aroma kayu manis dan cengkeh di setiap gigitannya. Yang khas di Sorong itu ada keripik tela. Dibuat dari semacam talas yang dibumbuin macem keripik beladonya orang padang. Kalo mau nyari oleh-oleh di Sorong bisa ke toko Kakanao, hmm nama jalannya lupa hihhihi. Disitu banyak kaos ato ukiran-ukiran ato gantungan kunci model etnis Papua. Harganya pun lumayan terjangkau. IDR 10.000 – 20.000 untuk gantungan kunci atau tempelan kulkas. Yang menyenangkan lainnya pas jalan ke Sorong itu pas masuk musim duriaan.. Jadi ada moment kita mampir makan durian sampe mabok di pinggir jalan. Duriannya bukan di jual di kios tapi di mobil bak terbuka. Menempuh perjalanan 2 hari langsung dari kebun-kebun duren di Manokwari. Endesslah pokoknya.

Daaan yang ditunggu-tunggu, teman mbak Wita datang dalam rangka membicarakan trip kita ke Raja Ampat.. Yihaaa..
See you on the next post. See the amazing Raja Ampat from my view.

image